Keraajan Cinnongtabi-Sejarah Wajo Bagian III

Bayaknya komune-komune (komunitas) yang terbenuk di sekitar daerah rawa (tosora) dan mulai lah terbentuk Tata Pemerintahan Tradisional Kerajaan Cinnongtabi yang di tandai oleh Kedatangan Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan atau kedatuan Cina (Pammana) yang kemudian membangun kerajaan Cinnotabbi.
Tata Pemerintahan Tradisional Keraajaan Cinnongtabi yang merupakan Cikal Bakal Terbentuknya Kerajaan Wajo.
Lima generasi kerajaan Cinnongtabi sebelum bubarnya, kerajaan ini bubar dan kemudian terbentuklah Kerajaan Wajo. Kerajaan Cinnongtabi di nahkodai :
La Paukke Arung Cinnotabi I,
We Panangngareng Arung Cinnotabi II,
We Tenrisui Arung Cinnotabi III,
La Patiroi Arung Cinnotabi IV.
kemudian kedua putra La Patiroi Arung Cinnotabi IV menjabat sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V yakni :
La Tenribali dan La Tenritippe.Pada Masa Kepemimpinan Arung Cinnongtabi V ini lah terjadi model kepemimpinan Dualisme atau Dua Raja yang memimpin dalam satu kerajaan,pada masa inilah Kerajaan Cinnontabi mmengalami krisis karena tidak bisa sejalannya antara dua Arung Cinnongtabi V ini.terjadinya masalah-masalah yang tidak bisa di selesaikan kemudian membuat Kerajaan Cinnongtabi di bubarkan.

Kemudian Sisa-Sisa pejabat kerajaan Cinnotabi dan rakyatnya bersepakat berkumpul dan bermusyawarah di bawah pohon bajo dan memilih La Tenribali sebagai raja mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo.
Pada masa awal rajanya bergelar Batara Wajo. Kerajaan Wajo dipimpin oleh, La Tenribali sebagai Batara Wajo I (bekas arung cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La Pateddungi Batara Wajo III. Pada masa Batara Wajo III, terjadi lagi krisis bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi hak-hak kemerdekaan Wajo. setelahnya, gelar raja Wajo bukan lagi Batara Wajo tetapi menjadi Arung Matowa Wajo hingga adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga Makkeguna :D